Kolesterol Tinggi Mengintai Saat Lebaran ?
Oleh : Chusnul Fadilla Gizi
2016
Ketika lebaran, pasti ada
berbagai macam makanan sebagai pendamping ketika kita melakukan tradisi saling
meminta maaf. Sebagian besar hidangan yang tersaji pun merupakan hidangan yang
bersantan layaknya opor ayam, rendang, lapis daging, dsb. Dalam kondisi yang demikian,
sebaiknya kita tetap memperhatikan asupan gizi yang berimbang. Idealnya,
konsumsi makanan kita mengandung lemak dibawah 30 %, karbohidrat 50 % – 60 %
dan protein 20 %.
Kolesterol yang tinggi (hiperkolesterolemia) memang tidak terlihat dan
seringkali tidak bergejala, kecuali dengan melakukan Check Up (periksa darah)
secara berkala paling tidak 6 bulan sekali. Namun demikian kolesterol harus
tetap di kontrol dengan memiliki gaya hidup yang sehat. Mengontrol kolesterol
bukan artinya tidak bisa makan enak, tetapi mengurangi atau menghindari makanan
berlemak.
Seperti yang tlah kita ketahui, di dalam makanan terdapat 3 macam lemak
yakni :
• Saturated
(lemak jenuh) Lemak ini terdapat di makanan seperti kuning telur, jerohan, dan
otak sapi. Sebaiknya makanan seperti ini harus di hindari.
•
Monounsaturated (lemak tidak jenuh dengan rantai tunggal) Lemak ini terdapat di
makanan seperti udang dan kepiting. Makanan ini termasuk boleh di konsumsi
dengan jumlah yang terbatas.
•
Poliunsaturated (lemak tak jenuh ganda) Lemak ini terdapat di makanan seperti
ikan yang berasal dari laut dalam (tenggiri dan tuna) yang mengandung minyak
tak jenuh ganda serta Omega 3. Makanan seperti ini hendaknya banyak dikonsumsi,
karena dapat membantu menaikkan HDL kolesterol (kolesterol baik ) dan
menurunkan LDL kolesterol (kolesterol jahat).
Kolesterol dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai penyakit. Kolesterol
yang tinggi tidak hanya dialami oleh orang yang bertubuh gemuk, tapi orang yang
kurus tidak berarti kolesterolnya rendah. Ini juga dapat menimpa orang-orang
yang masih muda. Berbagai kalangan umur, harus berusaha menjalani pola hidup
yang sehat agar dapat menjaga kolesterol dalam darahnya tetap normal. Dalam
tubuh terdapat lemak terdiri dari kolesterol jahat yang biasa disebut LDL (Low
Density Lipoprotein) dimana lemak ini dapat menempel pada pembuluh darah.
Sedangkan kolesterol baik yang dikenal dengan HDL (High Density Lipoprotein)
merupakan lemak yang dapat melarutkan kandungan LDL dalam tubuh. Kolesterol
normal dalam tubuh adalah 160-200 mg, maka penumpukan kandungan LDL harus
dicegah agar tetap dalam keadaan normal.
Berdasarkan data di atas, santan
termasuk jenis makanan yang berbahaya untuk dikonsumsi karena kandungan
kolesterol yang tinggi. Namun, walaupun dikenal sebagai makanan yang berlemak,
santan juga mengandung sejumlah vitamin (vitamin C, B-6, thiamin, niasin,
folat) dan sejumlah mineral (kalsium, seng, magnesium, besi, fosfor). Beberapa
hasil penelitian mengungkapkan bahwa konsumsi lemak kelapa dalam diet dapat
menormalisasi lemak tubuh, melindungi terhadap kerusakan hati karena alkohol
serta memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Santan juga dapat digunakan untuk
perawatan kecantikan seperti menjaga kelembaban kulit dan membuat rambut lebih
halus dan tidak rontok.Satu sendok makan santan (15 g) memiliki 35 kalori yang
hampir setara dengan 100 g buah strawbery. Jadi, mengkonsumsi makanan bersantan
saat lebaran diperbolehkan asalkan secukupnya karena mengkonsumsi berlebih
hanya akan menambah kolesterol dan meningkatkan cadangan lemak dalam adiposa.
Daftar Pustaka :
UPT – Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan &
Kesehatan. 2009. BAB VI Gaya Hidup Sehat.
LIPI. Diakses pada 4 Juni 2017.
Gea, Saharman; Sebayang, Kerista; Aththorick, T.
Alief. 2016. Peningkatan Kualitas
Produksi Santan Kelapa Sebagai Bahan Baku Industri Kuliner Di Kota Medan.
Jurnal Abdimas Talenta 1 (1) 2016: 92-96. Medan: USU. Diakses pada 4 Juni 2017.