Peran dan Tantangan Ahli Gizi dalam Mengatasi Gizi Buruk
Indonesia sedang mengalami sebuah
masalah besar yang menuntut untuk segera
diselesaikan yaitu masalah gizi buruk yang menimpa balita dan bayi di
Indonesia. Bayi dan balita yang terkena
gizi buruk umumnya berasal dari keluarga tidak mampu. Memang, faktor kemiskinan
adalah faktor utama seseorang menderita gizi buruk. Orang yang tidak mampu,
tidak memikirkan kandungan gizi yang ada
pada makanan yang mereka konsumsi sehari-hari. Jangankan kandungan
gizinya, apa yang akan mereka makan pun kadang tak terpikir oleh mereka. Yang
terpenting bagi mereka adalah bisa makan setiap hari untuk bertahan hidup.Tidak peduli apa jenis makanan itu.
Perlu ada yang menyadarkan
masyarakat mengenai pentingnya kecukupan gizi bagi buah hati mereka apalagi
yang masih bayi dan balita. Mereka membutuhkan makanan dengan kandungan gizi
yang cukup untuk pertumbuhan serta perkembangan sensorik dan motorik mereka.
Mereka berhak mendapat penghidupan yang layak dengan asupan gizi yang cukup
sesuai kebutuhan umur mereka. Untuk itu, dibutuhkan tenaga gizi yang mengerti
masalah gizi dan dengan sigap membantu masyarakat dengan berbagai problematika
gizi yang ada. Ahli gizi yang peduli dengan gizi di Indonesia.
Ahli gizi sedangbanyak
dicari saat ini. Karenanya banyak universitas dan institut baik negeri maupun
swasta membuka program studi ilmu gizi. Persaingan antar lulusan pun menjadi
semakin ketat. Ahli gizi dituntut memiliki hard skill dan soft skill yang
memadai. Ahligizi yang berkompeten.Tanpa salah
satunya, mereka tidak dapat melayani masyarakat dengan sempurna. Jika hanya
dengan IPK tinggi, tidak akan menjamin kesuksesannya kelak. Dan sebaliknya,
jika para ahli gizi hanyamemiliki
soft skill yang memadai tanpa adanya ilmu tidak akan dapat menerapkan apa yang
mereka dapat saat di bangku kuliah dengan baik. Soft skill dan hard skill harus
saling melengkapi.
Peranan ahli gizi dalam mengatasi
permasalahan gizi, terutama gizi buruk yang ada di Indonesia sangat besar.
Karena merekalah yang menjadi ujung tombak untuk menyelesaikan masalah ini.
Mereka yang memiliki ilmu, mereka dapat
menganalisa apa yang sebenarnya terjadi dan mereka tahu apa yang harus
dilakukan. Ahli gizi yang mendapat amanah dari pemerintah untuk menyelesaikan
permasalahan gizi buruk yang ada
sehingga tercipta Indonesia sehat. Para ahli gizi akan terjun langsung ke
masyarakat, melihat kondisi sebenarnya dan menganalisis yang terjadi.
Mengetahui penyebab dan langkah apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk
menyembuhkan anak-anak mereka yang menderita gizi buruk. Dengan begitu, para
ahli gizi dapat mengambil tindakan yang tepat untuk memperbaiki gizi si anak yang menderita gizi buruk.
Selain itu, para ahli gizi dapat
mencegah terjadinya gizi buruk dengan
memberikan penyuluhan dan pelatihan bagi ibu-ibu rumah tangga. Mereka
memberi penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, perlunya
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam keluarga dan lingkungan
mereka. Juga penyuluhan mengenai perlunya pemenuhan gizi yang tepat dan
seimbang sesuai dengan umur karena kebutuhan kalori per hari bagi setiap orang
berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Karena itu ibu-ibu rumah tangga harus tahu
gizi yang tepat dan seimbang bagi setiap anggota keluargangya. Selain itu dapat
dilakukan pelatihan cara memasak yang benar tanpa mengurangi atau menghilangkan
kandungan yang ada dalam makanan tersebut. Memasak jika terlalu matang akan
menghilangkan kandungan gizi yang ada dalam makanan. Namun jika memasaknya
tidak matang juga tidak baik dikonsumsi
karena bisa jadi bakteri yang ada pada makanan belum mati sehingga membahayakan
jika dikonsumsi karena dapat menyebabkan diare. Makanan yang tidak dimasak
terdapat banyak kuman dan bakteri. Makanan seperti itu tidak baik dikonsumsi.
Memang, kandungan gizi yang ada dalam makanan masih utuh, namun makanan
tersebut dapat menyebabkan diare. Ibu-ibu rumah tangga harus tahu bagaimana
cara memasak makanan yang benar. Dan itu menjadi tugas para ahli gizi untuk
mengajarkannya kepada masyarakat.
Setelah lulus kuliah dengan
menyandang gelar S.Gz bagi sarjana lulusan S1, berbagai tantangan pun muncul.
Tantangan dalam penerapan ilmu tersebut berasal dari masyarakat, salah satunya
kemiskinan. Kemiskinan yang menjadi faktor utama penyebab gizi buruk. Sebagai
seorang ahli gizi, tentu akan mengajak dan menyarankan pada masyarakat untuk
hidup bersih dan sehat. Yang menjadi fokus bagi ahli gizi tentu di bidang
pangan, kandungan gizi yang terkandung dalam
makanan. Seperti memakan makanan 4 sehat 5 sempurna, pemberian ASI bagi
bayi, minum susu setiap hari, memasak makanan secara benar dan matang tanpa
menghilangkan kandungan gizi di dalamnya. Namun karena adanya faktor
kemiskinan, membuat hal-hal tersebut sukar dipenuhi. ASI bagi bayi sangat
penting karena ASI mengandung banyak zat gizi yang penting bagi bayi. Bagi ibu
dari keluarga kurang mampu, mencari uang menjadi prioritas sehingga si bayi
sering dititipkan ke neneknya dengan
diberi susu formula atau bahkan air tajin. Padahal air tajin tidak baik
bagi bayi, karena membuat daya tahan
tubuh si bayi menjadi lemah. Para ahli gizi harus dapat memberi pengetahuan dan
meyakinkan sang ibu jika ASI ekslusif perlu diberikan 6 bulan pertama.
Pemberian ASI juga dapat mempererat tali batin antara ibu dan anak.
Gizi buruk juga dapat disebabkan
karena kebiasaan buruk anak yang tidak dihiraukan orang tuanya. Seperti makan
makanan dengan tangan kotor. Anak-anak suka bermain kotor-kotoran bersama. Bermain bola, bermain tanah dan
memegang apa saja yang menurut mereka menarik. Telur cacing banyak terdapat di tanah, di tempat-tempat kotor. Anak-anak
bermain-main sesuka hati mereka tanpa memperdulikan hal-hal buruk apa saja yang
ada di sekitar mereka sepeti telur cacing tersebut. Telur cacing dapat menempel
di tangan anak-anak saat mereka bermain tanah. Saat mereka mulai lapar atau
haus, mereka akan langsung makan dan minum tanpa mencuci tangan terlebih dulu.
Kadang mereka hanya mengusapkan tangan mereka yang kotor ke baju mereka,
sehingga tangan dan bajunya menjadi kotor. Telur cacing yang menempel di tangan
mereka akan masuk ke perut bersama dengan makanan yang mereka makan. Telur
cacing tersebut dapat menetas dan hidup di perut mereka dan dapat mencuri
nutrisi yang mereka dapat. Sebanyak apapun mereka makan, mereka tidak dapat
gemuk karena cacing yang ada di perut mereka telah mencuri nutrisi yang didapat. Karenanya, ahli gizi
harus bisa mengajak masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat bagi
keluarga mereka. Dan mengajak para ibu untuk lebih memperhatikan anak-anak
mereka, mengawasi apa yang mereka lakukan dan selalu menerapkan kebersihan dan kesehatan
bagi kebaikan mereka.
Tantangan dari luarnya yaitu persaingan antarlulusan. Lulusan ilmu gizi setiap tahunnya pasti terus bertambah. Untuk itu,
tiap lulusan ilmu gizi yang akan menjadi ahli gizi harus dapat mengasah soft skill dan
hard skillnya dengan sebaik-baiknya. Agar pada saat lulus nanti,
akan mampu bersaing dengan lulusan ilmu gizi lainnya dan mampu menerapkan ilmu yang
mereka dapatkan dengan sebaik-baiknya. Karena masyarakat pasti akan memilih yang
terbaik. Masyarakat membutuhkan ahli gizi yang benar-benar dapat membantu mereka untuk mengatasi permasalahan gizi
yang sedang mereka hadapi.Mereka membutuhkan solusi untuk hidup mereka yang lebih baik.
by : Nur Fatimah Gizi Unair 2014
Posting Komentar