ISU MASALAH GIZI DAN PANGAN DI INDONESIA
Dewasa ini, kesehatan adalah kebutuhan
setiap insan manusia dan menjadikan kesehatan hal utama bahkan penting untuk
dimiliki. Tanpa kesehatan seorang manusia tidak mampu menjadikan tubuhnya dalam
kondisi prima, yang tentunya akan menghambat aktivitas seseorang tersebut.
Tetapi
ketidaksediaan akan fasilitas kesehatan menjadikan masalah pokok dalam
masyarakat, khususnya bangsa Indonesia. Permasalahan dalam bidang kesehatan
yang sering kita temui dalam konteks pangan atau gizi misalnya, antara lain :
ketidaksediaan pangan, terbatasnya kecukupan dan
mutu pangan, terjadi penurunan nilai gizi pada suatu makanan, busung lapar, masalah
gizi ganda, dan sebagainya. Hal tersebut menjadi permasalahan yang mendesak di
lingkungan masyarakat, tidak hanya masyarakat daerah terpencil atau angka
kesejahteraan rendah bahkan masyarakat perkotaan yang notabene mempunyai
kebutuhan pangan yang tinggi dan fasilitas yang lengkap juga mengalami permasalahan
gizi yang kebanyakan masyarakatnya cenderung konsumtif akan makanan – makanan junk food dan mengakibatkan overwight.
Terbatasnya Kecukupan dan Mutu Pangan. Pemenuhan kebutuhan
pangan yang layak dan memenuhi persyaratan gizi masih menjadi masalah bagi
masyarakat miskin. Terbatasnya kecukupan dan kelayakan mutu pangan berkaitan
dengan rendahnya daya beli, ketersediaan pangan yang tidak merata,
ketergantungan tinggi terhadap beras dan terbatasnya diversifikasi pangan. Di
sisi lain, masalah yang dihadapi oleh petani penghasil pangan adalah
terbatasnya dukungan produksi pangan, tata niaga yang tidak efisien, rendahnya
penerimaan usaha tani pangan dan maraknya penyelundupan. Kurang terpenuhinya
gizi dari masyarakat miskin tercermin dari kasus-kasus gizi buruk yang terjadi
akhir-akhir ini di berbagai wilayah Indonesia, seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Kasus di NTB disebabkan oleh
rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kecukupan gizi, sedangkan NTT
mengalami kasus gizi buruk karena terjadi rawan pangan yang disebabkan oleh
kemarau berkepanjangan.
Penyebab utama dari rendahnya derajat kesehatan
masyarakat miskin selain ketidakcukupan pangan adalah keterbatasan akses
terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar,
kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat, dan kurangnya layanan
kesehatan reproduksi. Rendahnya kecukupan pangan dan
terbatasnya layanan kesehatan untuk masyarakat miskin dapat dilihat dari kasus
kematian yang diakibatkan oleh gizi buruk. Pada tahun
2005, jumlah anak usia 0-4 tahun di Indonesia mencapai 20,87 juta. Hal ini
berarti ada sekitar 1,67 juta anak balita yang menderita gizi buruk. Hal tersebut membuktikan bahwa akses masyarkat
miskin memang masih terbatas terhadap layanan kesehatan yang memadai dan masih
terjadinya keterlambatan pemberian layanan kesehatan.
Kekurangan
dan kelebihan gizi dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dan kualitas hidup
manusia. Kekurangan gizi berhubungan erat dengan lambatnya pertumbuhan tubuh
(terutama pada anak), daya tahan tubuh yang rendah sehingga mudah sakit,
kurangnya tingkat inteligensi (kecerdasan), dan produktivitas yang rendah. Data
dari berbagai negara menunjukkan bahwa masalah kegemukan tidak lagi monopoli
negara dan orang kaya, tetapi juga diderita oleh masyarakat miskin. Sedangkan
kelebihan gizi, ditandai dengan kelebihan berat badan atau kegemukan,
memperbesar risiko munculnya berbagai penyakit kronis degeneratif, seperti
diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, penyakit asam urat dan
beberapa jenis kanker. Kedua masalah gizi ini muncul karena pola makan yang
tidak ber-Gizi Seimbang. Kekurangan gizi terjadi akibat asupan gizi di bawah
kebutuhan, sedangkan kelebihan gizi timbul karena asupan gizi melebihi
kebutuhan. Di banyak Negara berkembang dan miskin terjadi perubahan pola hidup,
akibat kemajuan teknologi dan globalisasi. Kurang bergerak (selalu
berkendaraan), tidak olah raga teratur, dan banyak makan manis dan berlemak,
kurang serat.
Maka dari itu perlu adanya
penanganan khusus dari Dinas Kesehatan dan dibutuhkan peran ahli gizi yang
besar yang dapat tersebar melalui Puskesmas setempat, poli – poli gizi di
klinik terdekat untuk memberikan langkah promotif terhadap masalah gizi,
pembinaan atau bahkan penanganan masalah gizi yang terjadi di Indonesia atau
dapat juga memberikan jamiman kesehatan berupa penyaluran dan penyediaan beras
bagi daerah – daerah rawan pangan dan masyarakat miskin, mengingat begitu
kompleksnya permasalahan gizi di Indonesia.