Stunting, Prioritas Utama Masalah Gizi di Indonesia
Adamina Dinda Roseprilla (Gizi 1A)
Stunting
merupakan kondisi kronis yang
menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang,
ditunjukkan dengan indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dengan ambang batas
(Z-score) kurang dari -2 Standar
Deviasi (SD) (Kemenkes, 2011). Stunting
sendiri merupakan salah satu permasalahan gizi yang menjadi perhatian utama
dunia termasuk di Indonesia.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami
stunting karena kurang gizi pada masa
balitanya cenderung memiliki IQ yang rendah dibandingkan dengan anak normal. Mereka
seringkali mudah mengantuk dan kurang bergairah dalam menerima pelajaran
sehingga terdapat kesulitan dalam penyerapan materi. Akibatnya, anak tersebut
dapat mengalami penurunan nilai dan dicap sebagai anak yang kurang pandai.
Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan dan
kesadaran kita supaya stunting tidak
terjadi. Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu dengan mengetahui beberapa
faktor penyebab stunting dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga masalah ini tidak
berlanjut dan jumlah balita pendek di Indonesia semakin berkurang.
Kejadian stunting
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah berat badan lahir,
kurangnya konsumsi energi, protein, dan status ekonomi keluarga. Berat badan lahir merupakan
salah satu factor penyebab stunting.
Ibu yang sedang hamil, dalam proses mengandungnya dianjurkan untuk tidak kekurangan
gizi karena hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan bayi dalam kandungan. Apabila bayi tersebut tidak tumbuh secara
optimal dalam masa seribu hari pertama kehidupan, maka dapat dipastikan bayi
tersebut mengalami stunting karena seribu hari pertama kehidupan merupakan masa irreversible.
Jadi, apabila seorang invidu
pada 1000 hari kehidupannya telah
mengalami stunting maka dapat
diprediksikan individu tersebut tetap menjadi stunting di masa yang akan datang dikarenakan kesulitan mengejar
pertumbuhannya sampai normal.
Kurangnya konsumsi energi juga menjadi faktor
penyebab stunting. Energi yang kita peroleh biasanya berasal dari karbohidrat
dan protein yang terdapat pada makanan yang kita konsumsi. Berdasarkan UNICEF,
asupan makanan yang kurang merupakan salah satu faktor yang dapat mengakibatkan stunting.
Nah, kurangnya tinggi badan ini memiliki hubungan signifikan dengan kurangnya
intake makanan.
Kurangnya konsumsi protein juga ikut andil dalam
terjadinya stunting. Protein sendiri berfungsi dalam proses pertumbuhan dan
perbaikan jaringan serta dapat dijadikan sebagai sumber energi. Protein juga
mempunyai fungsi khusus yang khas yang tidak dapat digantikan oleh zat lain, yaitu membangun dan memelihara sel-sel
jaringan tubuh. Kekurangan asam amino akan memengaruhi pertumbuhan jaringan dan
organ, berat dan tinggi badan, serta lingkar kepala. Dengan demikian,
defisiensi protein berhubungan dengan kejadian stunting dan wasting.
Stasus ekonomi keluarga terutama anak
yang berasal dari keluarga miskin, juga
terkait dengan stunting. Kemiskinan
sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang
umum. Hal ini
harus mendapat perhatian
serius karena keadaan kemiskinan
biasanya menyebabkan seorang ibu rumah tangga memberikan makan yang seadanya
kepada anak-anaknya. Mereka tidak memperhatikan zat gizi apa yang terkandung,
hanya memberikan makanan yang dapat mengenyangkan dan sesuai dengan pendapatan
mereka. Oleh karena itu, status ekonomi keluarga yang lebih rendah cenderung
memiliki anak stunting karena kurangnya
nutrisi.
Dengan mengetahui faktor penyebab
stunting, kita dapat melakukan beberapa hal sederhana sebagai upaya penurunan jumlah
anak pendek di Indonesia. Hal tersebut diantaranya dengan mengonsumsi makanan
yang beragam dan bergizi, mengonsumsi protein yang cukup sebanyak 15 persen
dari total asupan kalori atau untuk anak usia 6 sampai 12 bulan sebanyak 1,2
g/kg berat badan. Sementara anak usia 1 – 3 tahun sebesar 1,05 g/kg berat
badan. Sumber protein sendiri bisa diperoleh dari nabati (kacang-kacangan, umbi-umbian,
biji-bijian, dan sayuran) dan hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur, dan
susu).
Sumber
:
Oktarina,
Zilda. 2010. Hubungan berat lahir dan faktor-faktor lainnya dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan di
provinsi aceh, sumatera utara, sumatera selatan, dan lampung tahun 2010. Dilihat 5 November 2017. http://journal.ipb.ac.id/index.php/ jgizipangan/article/view/7977
Posting Komentar