Kopi dan Risiko Demensia
Oleh :
Afifah Nurma Sari
Demensia merupakan gangguan sistem saraf
yang menyebabkan penurunan fungsi otak secara progresif. Demensia pada umumnya
terjadi pada saat usia lanjut, namun seiring dengan perubahan zaman demensia
juga dapat menyerang orang – orang yang berusia muda. Tuntutan kerja cepat,
kesibukan, dan pola makan yang tidak sehat merupakan faktor pemicu terjadinya
demensia. Bahkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh Achmad Iwan Tantomi
dari Universitas Islam Malang menyatakan bahwa kemacetan dan aktivitas yang
padat juga dapat membebani kerja otak karena sinyal perintah ke otak yang akan
menjadi tidak keruan. Selain itu, pola makan yang salah juga dapat meningkatnya
risiko demensia. Konsumsi junk food, makanan
tinggi lemak dan garam juga dapat menyebabkan gangguan fungsi otak akibat
meningkatnya protein beta-amyloid. Penumpukan protein tersebut dalam jangka
waktu yang lama dapat menyebabkan gejala kebingungan dan mudah lupa.
Kopi merupakan salah satu minuman yang
sangat digemari masyarakat Indonesia. Kopi sering dikenal karena kandungan
psikoaktifnya dalam menangkal rasa kantuk yang disebut dengan kafein. Lebih
dari pada itu, kopi juga dapat mengurangi risiko demensia. Alexander de Mendonca
dari University of Lisbon mengatakan bahwa mengonsumsi kopi dalam jumlah yang
moderat memiliki hubungan terbalik dengan penurunan kognitif yang terkait
dengan penuaan serta terjadinya demensia. Selain itu, penelitian yang dilakukan
oleh Regina Wierzejska menyebutkan bahwa kelompok yang mengonsumsi kopi dengan
jumlah moderat (3 cup per hari) memiliki manfaat yang lebih baik dibandingkan
dengan kelompok dengan konsumsi rendah dan tinggi. Hasil penelitian tersebut
juga menyebutkan bahwa mengonsumsi kopi dengan jumlah moderat pada usia
produktif dapat menurunkan 65% risiko demensia. Penelitian menunjukkan bahwa
kafein pada kopi mampu menghambat inflamasi pada otak utamanya reseptor
adenosin yang dapat menyebabkan reaksi berantai yang dapat menyebabkan
menurunkan kemampuan kognitif seseorang. Penelitian lain menunjukkan bahwa
salah satu tanda terjadinya demensia adalah adanya penurunan asetilkolin. Kopi memiliki
kemampuan untuk menghambat enzim acetylcholinesterase (AChE) untuk memecah
asetilkolin yang dapat menyebabkan demensia. Selain itu, kopi juga dapat
menghambat aktivitas butyrylcholinesterase (BuChE) yang ditemukan pada
penumpukan protein pada penderita demensia.
Mengonsumsi kopi dalam jumlah yang cukup
memang dapat menurunkan risiko demensia, namun perlu diketahui bahwa
mengonsumsi kopi yang terlalu banyak juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Demensia merupakan penyakit yang tidak terjadi secara instan, namun berjalan
dengan perlahan karena berbagai faktor. Meskipun tidak ada obat untuk demensia,
namun mengonsumsi kopi secara berkala dapat menjadi senjata lain untuk
menghambat perkembangan dan memperkecil risikonya.
Referensi
:
De Mendonca, Alexander.2012. Rethinking Alzheimer’s
Disease. Front Neurol;3:45.
Tantomi, Achmad Iwan, Abdurrachman Omar Baabdullah,
dan Andri Sagita. 2013. Tren
Fenomena ‘PiSiDi’ (Pikun Usia Dini)
sebagai Dugaan Awal Gejala Demensia di Kota
Malang. Universitas Islam Malang,
Fakultas Biologi dan Fakultas Kedokteran, Malang.
Wierzejska, Regina. 2017. Can Coffee Consumption
Lower The Risk of Alzheimer’s Disease
and Parkinson’s Disease? A Literature Review. Arch
Med Sci; 13(3):507-514.
Posting Komentar