DIET UMBI-UMBIAN

No comment yet



Airin Levina – Gizi 2014
            “Belum kenyang jika belum makan nasi”, itulah paradigma mayoritas masyarakat Indonesia, yang bergantung pada beras sebagai sumber karbohidrat dalam makanan sehari-hari. Sehingga, kebutuhan beras nasional cukup tinggi dan guna mencukupi kebutuhan tersebut, Indonesia perlu mengimpor beras dari negara lain. Padahal, beras bukanlah  satu-satunya sumber karbohidrat, masih ada bahan makanan lain yang merupakan sumber karbohidrat, seperti umbi-umbian.
            Kandungan karbohidrat dalam umbi-umbian juga cukup tinggi. Umbi-umbian yang sering diketahui oleh orang awam diantaranya kentang, singkong, ketela, ubi jalar, garut, dan talas. Namun, sebenarnya masih banyak jenis umbi-umbian yang tumbuh di negara kita, seperti suek, gembili, ganyong, gaplek, gadung, dan lain-lain. Semua jenis umbi-umbian ini adalah sumber karbohidrat, yang tentunya bisa mengenyangkan juga. Berikut beberapa manfaat mengonsumsi umbi-umbian:
a.       Manfaat dari segi kesehatan
Kalori dari umbi-umbian lebih rendah daripada kalori beras dengan jumlah yang sama. Dengan jumlah kalori lebih rendah, umbi-umbian bisa dimanfaatkan dalam diet penurunan berat badan.
Jumlah serat pada umbi-umbian lebih banyak daripada pada beras. Hal ini tentunya membuat konsumsi umbi-umbian jauh lebih membuat perut kenyang. Selain itu, serat berfungsi untuk melancarkan proses pencernaan manusia.
Indeks glikemik umbi-umbian lebih rendah daripada beras, karena struktur karbohidrat dalam umbi-umbian lebih kompleks. Dengan indeks glikemik yang rendah, tentunya umbi-umbian lebih lama diabsorpsi oleh tubuh, sehingga tidak mengakibatkan naiknya kadar gula darah secara drastis. Oleh karena itu, diet umbi-umbian juga baik bagi penderita diabetes melitus.
Dengan kalori rendah, jumlah serat tinggi, dan indeks glikemik rendah, tentunya membuat umbi-umbian memiliki nilai plus tersendiri bagi kelompok masyarakat yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.
b.      Manfaat dari segi ekonomi
Harga umbi-umbian di pasar jauh lebih murah dibandingkan dengan harga beras. Berdasarkan survei harga yang penulis lakukan di Pasar Mulyorejo (Surabaya), harga beras berkisar diantara Rp 11000,00 hingga Rp 15000,00 per kilogram. Harga singkong hanya Rp 3000,00 per kilogram. Harga ubi jalar kuning Rp 2500,00 per kilogram. Selain itu, umbi-umbian juga bisa tumbuh mudah di kebun atau halaman rumah.
Dengan demikian, tentunya membuat umbi-umbian lebih mudah diakses oleh semua kalangan masyarakat, termasuk masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan menengah ke bawah.
c.       Manfaat dari segi politis
Konsumsi umbi-umbian dapat menekan jumlah kebutuhan beras. Dengan menukar nasi yang dikonsumsi dalam 1 kali jam makan sehari dengan umbi-umbian, misalkan masyarakat yang biasanya sarapan nasi, kini ditukar dengan sarapan singkong rebus atau ubi jalar kukus; tentunya mengurangi jumlah kebutuhan beras nasional. Sehingga, pemerintah tidak perlu lagi mengimpor beras dari negara lain.
Dari ulasan di atas, kita dapat melihat bahwa konsumsi umbi-umbian memiliki banyak manfaat dari berbagai segi. Diet umbi-umbian perlu dimasukkan ke dalam menu makan sehari-hari, khususnya guna menggantikan posisi beras, walau tidak secara total. Misalkan hanya sebagai makanan pada sarapan. Oleh karena itu, perlu peran berbagai pihak,baik pemerintah, lembaga dan tenaga kesehatan, dan lain-lain; untuk mengubah presepsi masyarakat bahwa tidak hanya beraslah yang menjadi makanan utama dan mengedukasikan kepada masyarakat mengenai manfaat diet umbi-umbian.

DAFTAR PUSTAKA
Rofles, Sharon Rady., Whitney, Ellie. 2013. Understanding Nutrition. 13th ed. United States America: Wadsworth Cengange Learning.
Persagi. 2013. Pengantar Dietetik Rumah Sakit.

Posting Komentar